Pages

Rabu, 23 November 2011

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR TENTANG KEMAHASISWAAN

MAHASISWA

Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas-kampus. Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia, seperti organisasi Ikahimbi dan ISMKI. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua pengurus organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh tunduk dan menyerah pada tuntutan lembaga kampus tempat organisasi itu bernaung, melainkan harus kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan.

Permasalahan mahasiswa

Ø  Sumber masalah
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan mahasiswa akan terkait dengan
perkembangan yang dialami selama dalam perkembangannya. Seperti dijelaskan di
atas bahwa adanya perubahan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan
psikososial akan memberikan konsekuensi kepada kemunculan masalah.

a.    Perubahan fisik
Perubahan kondisi fisik akan menyebabkan keprihatinan, hanya sedikit remaja
yang merasa puas dengan kondisi tubuhnya (Hurlock, 1999), sementara sebagian
besar mengalami ketidakpuasan. Keprihatinan akan kondisi tubuh dapat
menyebabkan munculnya konsep diri yang kurang baik dan rendahnya harga diri
mereka. Kepuasan terhadap kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting, bagi
remaja penampilan fisik beserta identifitas sosial merupakan ciri pribadi yang paling
jelas dan mudah dikenali orang lain dan menjadi daya tarik penting dalam kehidupan
sosial. Selain itu percepatan pertumbuhan fisik juga akan membuat kemampuan fisik
mereka mereka menjadi makin tinggi. Energi yang besar akan membuat para remaja
menyukai kegiatan yang bersifat fisik. Bentuk aktivitas yang menunjukan kekuatan
fisik akan menjadi sarana untuk menunjukan dirinya guna mendapatkan pengakuan.
Dalam konteks ini olah raga merupakan salah satu cara yang sehat untuk
menunjukan kemampuan fisik mereka, dan sebaliknya penyalahgunaan kemampuan
fisik dalam bentuk kekerasan meskipun dapat menunjukan kemampuan fisik, tetapi
jelas merupakan cara yang tidak tepat.

b.    Perubahan emosi
Secara tradisional dijelaskan bahwa periode remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, sebutan ini menjelaskan mengenai ketegangan emosi yang
meninggi, sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Remaja akan mengalami
ketidakstabilan emosi sebagai akibata dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional,
tetapi dalam tahap perkembanganya sejalan dengan bertambahnya usia, emosi
mereka akan menjadi lebih stabil. Ekspresi emosi remaja agak berbeda dengan
anak-anak yang biasanya meledak-ledak, mereka akan mengungkapkannya dengan
cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang
yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri dengan orang yang memiliki benda
yang lebih banyak. Kemampuan remaja untuk mengelola emosi dapat terlihat
apabila mereka sudah dapat mengendalikan emosinya dengan tidak meledakannya,
tetapi dengan cara menunggu sampai waktu dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang
menunjukan kematangan emosi adalah mereka menilai dengan kritis atas sumber
pembangkit emosi sebelum bereaksi, artinya berpikir dahulu sebelum melakukan
suatu tindakan.

c.    Perubahan social
Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang sangat
sulit. Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran-peran baru,
orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah selama ini, menyesuaikan diri
dengan lawan jenis. Di antara bagian yang tersulit dan terpenting adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

d.    Perubahan kognitif (kemampuan berpikir)
Seperti dijelaskan di atas bahwa mahasiswa sudah mampu berpikir abstrak dan
menggunakan alasan-alasan yang ilmiah, sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah yang kompleks termasuk mengembangkan alternatif
pemecahan masalah yang mereka hadapi. Kemampuan mereka untuk melihat dari
perspektif yang berbeda juga akan muncul, sehingga akan tampak bahwa mereka
mampu melihat persoalan secara kritis mereka tidak akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Secara singkat sumber masalah yang dialami oleh siswa dan mahasiswa, dapat
dibagi menjadi 2 sumber, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
a. Sumber internal
Masalah yang bersumber dari dalam dapat berupa kondisi diri, kecerdasan, bakat,
minat, fisik, nilai, kreativitas, pribadi, keterampilan belajar, dan sebagainya.
b. Sumber eksternal
Masalah yang bersumber dari luar adalah : kondisi fisik dan sosio-emosional di
lingkungan keluarga dan sekolah/ kampus, hubungan dengan teman/ dosen/
keluarga, status sekolah atau perguruan tinggi, ketidakjelasan orientasi kerja, dan
sarana belajar.
 
Bentuk masalah

Secara umum masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut.
a. Karier dan Pekerjaan
1) Belum memahami potensi diri
2) Kurang memahami bidang kerja yang akan dimasuki
3) Ingin mendapat pelatihan pendukung kesiapan kerja
4) Khawatir tidak mendapat pekerjaan atau dapat bekerja dengan baik
5) Belum merencanakan masa depan

b. Ekonomi dan Keuangan
1) Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga
2) Khawatir putus kuliah
3) Uang saku tidak yang cukup
4) Uang untuk membeli perlengkapan belajar tidak cukup
5) ingin mendapatkan beasiswa

d. Diri Pribadi
1) Daya juang yang rendah
2) Kurang serius
3) Ceroboh
4) Kurang percaya diri dan pemalu
5) Kurang terbuka pada orang lain
6) Takut tidak diterima dalam kelompok

e. Pendidikan dan Pelajaran
1) Kurang memahami istilah asing
2) Sukar menyelesaikan masalah
3) Kurang memahami penjelasan dosen
4) Sukar belajar kelompok
5) Takut bicara di kelas
6) Kurang mampu memahami buku & membaca cepat
7) Kurang kosentrasi
8) Kurang mampu belajar efektif
9) Khawatir gagal/mendapat nilai rendah
10) Cara mengajar dosen membosankan
11) Meragukan manfaat masuk perguruan tinggi

f. Keluarga
1) Konflik orangtua anak
2) Komunikasi kurang harmonis
3) Dijodohkan orangtua
4) Dendam terhadap orangtua
5) Orangtua mengalami gangguan mental
6) Orangtua meninggal dunia
 
Indikator munculnya masalah

Kemunculan suatu masalah yang dialami oleh mahasiswa dapat diidentifikasi
dari :
a.    Indeks prestasi/nilai yang rendah
b.    Pindah sekolah atau keluar
c.    Tingkat kehadiran yang rendah
d.    Masa studi yang panjang
e.    Banyak cuti
f.     Perubahan tingkah laku

Munculnya masalah masalah di atas seringkali merupakan manifestasi lanjutan
dari masalah yang tidak terselesaikan, karena itu ada pentingnya untuk
mengidentifikasi masalah secara lebih dini.

Cara mengidentifikasi kemunculan masalah

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya masalah
pada mahasiswa adalah :

1.   Laporan hasil belajar
Prestasi yang tercatat dalam laporan hasil belajar (KHS) dapat menjadi petunjuk
adanya masalah. Perubahan prestasi yang drastis menunjukan bahwa mahasiswa
sedang mendapat suatu persoalan yang mungkin mereka sadari atau tidak disadari.
Dosen dapat melihat laporan hasil belajar sebagai petunjuk awal guna menelusuri lebih
lanjut melalui teknik lain berupa wawancara dan observasi.

2. DCM atau AUM
DCM (daftar cek masalah) atau AUM (alat ungkap masalah) merupakan alat
pengumpul data terstandar yang digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya untuk
mengetahui permasalahan yang dialami oleh para siswa dan mahasiswa.

3. Observasi
Teknik observasi yang baik dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada
mahasiswa yang mengalami masalah. Kecenderungan menyembunyikan masalah pada
siswa/mahasiswa dapat ditanggulangi dengan observasi yang tajam. Observasi ini
ditujukan kepada tingkah laku yang ditunjukan oleh mahasiswa yang diduga mengalami
masalah, baik ketika yang bersangkutan sedang sendirian atau sedang bersama-sama
teman.

4. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang baik untuk mengungkapkan adanya
masalah. Berbeda dengan penelitian pada umumnya atau wawancara investigasi,
wawancara yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah tidak merupakan wawacara
terstruktur, dilakukan dengan rileks tidak menekan. Ciptakan situasi yang nyaman, agar
ybs dapat lebih terbuka.

5. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group discussion/FGD)
Merupakan bentuk diskusi yang membahas situasi atau masalah tertentu. Terdiri
dari 812 orang. dosen dapat menggunakan teknik ini untuk mengungkapkan persoalan
yang mereka hadapi. FGD yang baik dapat mengungkapkan masalah yang selama ini
tersembunyi (latent) karena terdapat interaksi dari peserta. Selain mendapatkan
informasi verbal yang mereka sampaikan, guru/dosen juga dapat mendapatkan
informasi melalui observasi yang juga dilakukan ketika diskusi berlangsung. Akan lebih
baik apabila menggunakan rekaman suara dan video ketika FGD berlangsung sehingga
dapat dilihat/didengar secara berulang-ulang.

6. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau
saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui
dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu
kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa
subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.

Sosiogram Kelompok Delapan Orang

Ø  Strategi Intervensi
Identifikasi masalah yang berhasil akan dapat menimalisasi masalah dan
mencegah meluasnya masalah yang dihadapi oleh siswa/mahasiswa. Namun demikian
intervensi harus tetap dilakukan. Terdapat beberapa jenis layanan (informasi, orientasi,
penempatan & penyaluran, pembelajaran, bimbingan dan konseling dalam setting
individual/kelompok) yang dilakukan oleh dosen mata kuliah, PA, nara sumber, tutor,
sebaya

1. Jenis-jenis Intervensi: 
Mengajarkan materi baru
Mengajarkan kembali materi yang sulit
Menyediakan bahan ajar 
Mengerjakan/membahas soal-soal
Belajar kelompok
Diskusi kelompok
Mengerjakan tugas terstruktur 
Belajar/praktik di laboratorium
Studi lapangan
Kesempatan magang
PKL
Pelatihan penunjang karier
Memberikan konseling individual/kelompok

TUGAS ILMU SOSIAL DASAR TENTANG KEMAHASISWAAN


MAHASISWA

Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi. Gerakan mahasiswa di Indonesia adalah kegiatan kemahasiswaan yang ada di dalam maupun di luar perguruan tinggi yang dilakukan untuk meningkatkan kecakapan, intelektualitas dan kemampuan kepemimpinan para aktivis yang terlibat di dalamnya. Dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia, gerakan mahasiswa seringkali menjadi cikal bakal perjuangan nasional, seperti yang tampak dalam lembaran sejarah bangsa. Organisasi mahasiswa adalah organisasi yang beranggotakan mahasiswa. Organisasi ini dapat berupa organisasi kemahasiswaan intra kampus, organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, maupun semacam ikatan mahasiswa kedaerahan yang pada umumnya beranggotakan lintas-kampus. Sebagian organisasi mahasiswa di kampus Indonesia juga membentuk organisasi mahasiswa tingkat nasional sebagai wadah kerja sama dan mengembangkan potensi serta partisipasi aktif terhadap kemajuan Indonesia, seperti organisasi Ikahimbi dan ISMKI. Di luar negeri juga terdapat organisasi mahasiswa berupa Perhimpunan Pelajar Indonesia, yang beranggotakan pelajar dan mahasiswa Indonesia. Pada dasarnya, Organisasi Mahasiswa adalah sebuah wadah berkumpulnya mahasiswa demi mencapai tujuan bersama, namun harus tetap sesuai dengan koridor AD/ART yang disetujui oleh semua pengurus organisasi tersebut. Organisasi Mahasiswa tidak boleh tunduk dan menyerah pada tuntutan lembaga kampus tempat organisasi itu bernaung, melainkan harus kritis dan tetap berjuang atas nama mahasiswa, bukan pribadi atau golongan.

Permasalahan mahasiswa

Ø  Sumber masalah
Permasalahan yang dialami oleh siswa dan mahasiswa akan terkait dengan
perkembangan yang dialami selama dalam perkembangannya. Seperti dijelaskan di
atas bahwa adanya perubahan yang cepat dalam aspek fisik, emosi, kognitif dan
psikososial akan memberikan konsekuensi kepada kemunculan masalah.

a.    Perubahan fisik
Perubahan kondisi fisik akan menyebabkan keprihatinan, hanya sedikit remaja
yang merasa puas dengan kondisi tubuhnya (Hurlock, 1999), sementara sebagian
besar mengalami ketidakpuasan. Keprihatinan akan kondisi tubuh dapat
menyebabkan munculnya konsep diri yang kurang baik dan rendahnya harga diri
mereka. Kepuasan terhadap kondisi fisik merupakan hal yang sangat penting, bagi
remaja penampilan fisik beserta identifitas sosial merupakan ciri pribadi yang paling
jelas dan mudah dikenali orang lain dan menjadi daya tarik penting dalam kehidupan
sosial. Selain itu percepatan pertumbuhan fisik juga akan membuat kemampuan fisik
mereka mereka menjadi makin tinggi. Energi yang besar akan membuat para remaja
menyukai kegiatan yang bersifat fisik. Bentuk aktivitas yang menunjukan kekuatan
fisik akan menjadi sarana untuk menunjukan dirinya guna mendapatkan pengakuan.
Dalam konteks ini olah raga merupakan salah satu cara yang sehat untuk
menunjukan kemampuan fisik mereka, dan sebaliknya penyalahgunaan kemampuan
fisik dalam bentuk kekerasan meskipun dapat menunjukan kemampuan fisik, tetapi
jelas merupakan cara yang tidak tepat.

b.    Perubahan emosi
Secara tradisional dijelaskan bahwa periode remaja dianggap sebagai periode
badai dan tekanan, sebutan ini menjelaskan mengenai ketegangan emosi yang
meninggi, sebagai akibat perubahan fisik dan kelenjar. Remaja akan mengalami
ketidakstabilan emosi sebagai akibata dari usaha penyesuaian diri pada pola
perilaku baru dan harapan sosial yang baru.
Meskipun emosi remaja seringkali sangat kuat, tidak terkendali dan tampak irasional,
tetapi dalam tahap perkembanganya sejalan dengan bertambahnya usia, emosi
mereka akan menjadi lebih stabil. Ekspresi emosi remaja agak berbeda dengan
anak-anak yang biasanya meledak-ledak, mereka akan mengungkapkannya dengan
cara menggerutu, tidak mau berbicara atau dengan suara keras mengkritik orang
yang menyebabkan amarah. Remaja juga iri dengan orang yang memiliki benda
yang lebih banyak. Kemampuan remaja untuk mengelola emosi dapat terlihat
apabila mereka sudah dapat mengendalikan emosinya dengan tidak meledakannya,
tetapi dengan cara menunggu sampai waktu dan tempat yang lebih tepat untuk
mengungkapkan emosi dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk yang
menunjukan kematangan emosi adalah mereka menilai dengan kritis atas sumber
pembangkit emosi sebelum bereaksi, artinya berpikir dahulu sebelum melakukan
suatu tindakan.

c.    Perubahan social
Penyesuaian sosial merupakan salah satu tugas perkembangan yang sangat
sulit. Mereka diharapkan untuk dapat menyesuaikan diri dengan peran-peran baru,
orang dewasa di luar lingkungan rumah dan sekolah selama ini, menyesuaikan diri
dengan lawan jenis. Di antara bagian yang tersulit dan terpenting adalah
penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh dari kelompok sebaya dan
perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru
dalam dukungan dan penolakan sosial dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin.

d.    Perubahan kognitif (kemampuan berpikir)
Seperti dijelaskan di atas bahwa mahasiswa sudah mampu berpikir abstrak dan
menggunakan alasan-alasan yang ilmiah, sehingga mereka memiliki kemampuan
untuk memecahkan masalah yang kompleks termasuk mengembangkan alternatif
pemecahan masalah yang mereka hadapi. Kemampuan mereka untuk melihat dari
perspektif yang berbeda juga akan muncul, sehingga akan tampak bahwa mereka
mampu melihat persoalan secara kritis mereka tidak akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih sangat
banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya mencapai
tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih tertinggal pada
tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana pola pikir yang
digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah dari
berbagai dimensi. Hal ini bisa saja diakibatkan sistem pendidikan di Indonesia yang
tidak banyak menggunakan metode belajar-mengajar satu arah (ceramah) dan
kurangnya perhatian pada pengembangan cara berpikir anak. penyebab lainnya bisa
juga diakibatkan oleh pola asuh orangtua yang cenderung masih memperlakukan
remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya,
seorang remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak supaya saat
mereka lulus sekolah menengah, sudah terbiasa berpikir kritis dan mampu untuk
menganalisis masalah dan mencari solusi terbaik.
Secara singkat sumber masalah yang dialami oleh siswa dan mahasiswa, dapat
dibagi menjadi 2 sumber, yaitu dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).
a. Sumber internal
Masalah yang bersumber dari dalam dapat berupa kondisi diri, kecerdasan, bakat,
minat, fisik, nilai, kreativitas, pribadi, keterampilan belajar, dan sebagainya.
b. Sumber eksternal
Masalah yang bersumber dari luar adalah : kondisi fisik dan sosio-emosional di
lingkungan keluarga dan sekolah/ kampus, hubungan dengan teman/ dosen/
keluarga, status sekolah atau perguruan tinggi, ketidakjelasan orientasi kerja, dan
sarana belajar.
 
Bentuk masalah

Secara umum masalah yang dihadapi oleh mahasiswa adalah sebagai berikut.
a. Karier dan Pekerjaan
1) Belum memahami potensi diri
2) Kurang memahami bidang kerja yang akan dimasuki
3) Ingin mendapat pelatihan pendukung kesiapan kerja
4) Khawatir tidak mendapat pekerjaan atau dapat bekerja dengan baik
5) Belum merencanakan masa depan

b. Ekonomi dan Keuangan
1) Khawatir dengan kondisi keuangan keluarga
2) Khawatir putus kuliah
3) Uang saku tidak yang cukup
4) Uang untuk membeli perlengkapan belajar tidak cukup
5) ingin mendapatkan beasiswa

d. Diri Pribadi
1) Daya juang yang rendah
2) Kurang serius
3) Ceroboh
4) Kurang percaya diri dan pemalu
5) Kurang terbuka pada orang lain
6) Takut tidak diterima dalam kelompok

e. Pendidikan dan Pelajaran
1) Kurang memahami istilah asing
2) Sukar menyelesaikan masalah
3) Kurang memahami penjelasan dosen
4) Sukar belajar kelompok
5) Takut bicara di kelas
6) Kurang mampu memahami buku & membaca cepat
7) Kurang kosentrasi
8) Kurang mampu belajar efektif
9) Khawatir gagal/mendapat nilai rendah
10) Cara mengajar dosen membosankan
11) Meragukan manfaat masuk perguruan tinggi

f. Keluarga
1) Konflik orangtua anak
2) Komunikasi kurang harmonis
3) Dijodohkan orangtua
4) Dendam terhadap orangtua
5) Orangtua mengalami gangguan mental
6) Orangtua meninggal dunia
 
Indikator munculnya masalah

Kemunculan suatu masalah yang dialami oleh mahasiswa dapat diidentifikasi
dari :
a.    Indeks prestasi/nilai yang rendah
b.    Pindah sekolah atau keluar
c.    Tingkat kehadiran yang rendah
d.    Masa studi yang panjang
e.    Banyak cuti
f.     Perubahan tingkah laku

Munculnya masalah masalah di atas seringkali merupakan manifestasi lanjutan
dari masalah yang tidak terselesaikan, karena itu ada pentingnya untuk
mengidentifikasi masalah secara lebih dini.

Cara mengidentifikasi kemunculan masalah

Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya masalah
pada mahasiswa adalah :

1.   Laporan hasil belajar
Prestasi yang tercatat dalam laporan hasil belajar (KHS) dapat menjadi petunjuk
adanya masalah. Perubahan prestasi yang drastis menunjukan bahwa mahasiswa
sedang mendapat suatu persoalan yang mungkin mereka sadari atau tidak disadari.
Dosen dapat melihat laporan hasil belajar sebagai petunjuk awal guna menelusuri lebih
lanjut melalui teknik lain berupa wawancara dan observasi.

2. DCM atau AUM
DCM (daftar cek masalah) atau AUM (alat ungkap masalah) merupakan alat
pengumpul data terstandar yang digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya untuk
mengetahui permasalahan yang dialami oleh para siswa dan mahasiswa.

3. Observasi
Teknik observasi yang baik dapat mengidentifikasi perubahan yang terjadi pada
mahasiswa yang mengalami masalah. Kecenderungan menyembunyikan masalah pada
siswa/mahasiswa dapat ditanggulangi dengan observasi yang tajam. Observasi ini
ditujukan kepada tingkah laku yang ditunjukan oleh mahasiswa yang diduga mengalami
masalah, baik ketika yang bersangkutan sedang sendirian atau sedang bersama-sama
teman.

4. Wawancara
Wawancara merupakan teknik yang baik untuk mengungkapkan adanya
masalah. Berbeda dengan penelitian pada umumnya atau wawancara investigasi,
wawancara yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah tidak merupakan wawacara
terstruktur, dilakukan dengan rileks tidak menekan. Ciptakan situasi yang nyaman, agar
ybs dapat lebih terbuka.

5. Diskusi kelompok terfokus (Focus Group discussion/FGD)
Merupakan bentuk diskusi yang membahas situasi atau masalah tertentu. Terdiri
dari 812 orang. dosen dapat menggunakan teknik ini untuk mengungkapkan persoalan
yang mereka hadapi. FGD yang baik dapat mengungkapkan masalah yang selama ini
tersembunyi (latent) karena terdapat interaksi dari peserta. Selain mendapatkan
informasi verbal yang mereka sampaikan, guru/dosen juga dapat mendapatkan
informasi melalui observasi yang juga dilakukan ketika diskusi berlangsung. Akan lebih
baik apabila menggunakan rekaman suara dan video ketika FGD berlangsung sehingga
dapat dilihat/didengar secara berulang-ulang.

6. Metode Sosiometrik
Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah individu-individu disukai atau
saling menyukai. Pertanyaan-pertanyaan sering diajukan dengan niat untuk mengetahui
dengan siapa subyek tertentu ingin bekerja sama, atau berhubungan dalam suatu
kegiatan bersama. Pertanyaan juga mungkin berusaha mengungkapkan dengan siapa
subyek tertentu tidak suka bekerja sama atau berhubungan.

Sosiogram Kelompok Delapan Orang

Ø  Strategi Intervensi
Identifikasi masalah yang berhasil akan dapat menimalisasi masalah dan
mencegah meluasnya masalah yang dihadapi oleh siswa/mahasiswa. Namun demikian
intervensi harus tetap dilakukan. Terdapat beberapa jenis layanan (informasi, orientasi,
penempatan & penyaluran, pembelajaran, bimbingan dan konseling dalam setting
individual/kelompok) yang dilakukan oleh dosen mata kuliah, PA, nara sumber, tutor,
sebaya

1. Jenis-jenis Intervensi:
a.   Mengajarkan materi baru
b.  Mengajarkan kembali materi yang sulit
  Menyediakan bahan ajar
d.  Mengerjakan/membahas soal-soal
e.  Belajar kelompok
f.     Diskusi kelompok
  .   Mengerjakan tugas terstruktur
 h   Belajar/praktik di laboratorium
i.      Studi lapangan
j.     Kesempatan magang
k.    PKL
l.      Pelatihan penunjang karier
m.  Memberikan konseling individual/kelompok