Sebelum adanya musik rock, musik pop atau musik lainnya,
musik keroncong telah terlebih dahulu ada dan menghibur mereka yang haus akan
hiburan akan kesenian suara. Sejarahnya panjang jika dirunut, namun menilisik
soal asal usul dari musiknya sendiri, ternyata banyak beragam pendapat
terlontar dengan masing-masing mempunyai pendapatnya sendiri.
Pendapat pertama lebih cenderung mengatakan bahwa bentuk
musik keroncong bukanlah bentuk musik import (asing), melainkan benar-benar
buah karya nenek moyang bangsa Indonesia sendiri dan yang berasal dari luar
adalah alat musiknya. Alat musik ini kali pertama masuk ke Indonesia dan dibawa
oleh orang-orang Portugis. Bangsa Moor diasosiasikan dengan golongan Arab yang
mempengaruhi jalannya sejarah perkembangan kebudayaan di Eropa sampai ke Asia.
Pendapat kedua mengatakan musik keroncong dikembangkan oleh
golongan Moresko. Golongan Moresko adalah bagian dari kaum Moor yang tidak
melarikan diri ke daratan Afrika Islam serta tidak ingin tersiksa di kamp
inquisisi bangsa Spanyol yang pada saat itu sedang berjaya, dan lebih memilih
untuk masuk ke agama Kristen.
Sebagian dari keturunan Moresko dijadikan tentara sewaan dan
ikut menjelajah ke berbagai belahan dunia, antara lain ada yang kemudian
terdampar di daerah Tugu, Jakarta Utara. Untuk melupakan kepahitan masa lalu,
maka anak keturunan mereka bermain musik keroncong dengan lagu Moresko. Pendapat
ketiga mengatakan musik keroncong konon berasal dari suku bangsa Meztezia.
Golongan Meztezia adalah keturunan budak-budak dari Portugis: sesudah majikan
mereka disingkirkan oleh kolonialis Belanda yang bercampur dengan penduduk asli
dan bersama penduduk asal Belanda dan suku Ambon yang beragama kristen
bertempat di sebuah kampung di Batavia yang disebut Seruni atau Kampung Tugu.
Judith Becker, yang merupakan seorang peneliti mengatakan
keroncong adalah istilah umum untuk populer, lagu-lagu sentimental yang
dinyayikan di seluruh Indonesia dan pada umumnya diperkenalkan oleh Portugis
pada sekitar abad ke-16. Ia pun mengatakan bahwa keroncong di bawa ke kawasan
Indonesia timur (terutama Maluku) bersamaan dengan alat musik gitar para pelaut
Portugis, dan hal itu tampaknya cepat diterima oleh penduduk pribumi. Sementara
Ernest Heins yang juga merupakan seorang peneliti menyatakan pendapatnya, bahwa
keroncong mewarisi situasi multirasial di dalam sistem kolonial Portugis pada
akhir abad ke-16 di luar batas benteng dan perkampungan mereka.
Beberapa peneliti seperti A. Th Manusama, Antonio Pinto da
Franca, Abdurahman R Paramita, dan S. Brata berpendapat bahwa sejarah
perkembangan keroncong dimulai pada abad ke-17, ketika kaum Mardijkers
keturunan Portugis mulai memperkenalkannya di Batavia dan menurut beberapa
peneliti tersebut keroncong bukanlah kesenian asli ciptaan orang-orang
Indonesia. Walaupun Keroncong diperkenalkan oleh kaum Mardijkers, yakni
budak-budak Portugis yang kemudian dibebaskan oleh Belanda lantas berpihak
kepada Belanda untuk berbagai kepentingan, baik politik, spiritual, sosial
maupun budaya.
Istilah Mardijker sendiri berasal dari bahasa Melayu yang
artinya merdeka. Kedudukan seorang Mardijker adalah Vrijgelatene, seseorang
yang bebas dan bukan sebagai budak lagi. Yapi Tambayong berpendapat bahwa
keroncong merupakan corak musik populer Indonesia dan ia pun beranggapan jika
ada orang yang berkata bahwa musik keroncong berasal dari Portugis, pastilah
orang tersebut salah tangkap.
Hal senada juga dikatakan oleh Kusbini, seorang musisi
keroncong yang juga merupakan ahli keroncong di Indonesia, ia mengatakan bahwa
musik keroncong adalah asli ciptaan bangsa Indonesia dan keroncong adalah asli
milik bangsa Indonesia, dikatakan pula olehnya bahwa lagu-lagu keroncong asli
memang banyak diilhami oleh lagu-lagu Portugis abad ke-17 tetapi nada dan
irama-nya berbeda sekali dengan keroncong asli Indonesia. Menurut kusbini,
lagu-lagu Portugis hanya mengilhaminya dan bangsa Indonesia-lah yang
menciptakan nada dan irama serta bentuk permainan musik keroncong. Kusbini juga
mengatakan pendapat berbeda perihal alat musik ukulele yang dikatakannya bukan
berasal dari Portugis, tetapi berasal dari Hawaii dan cara orang Indonesia
memainkan ukulele berbeda dengan cara orang Hawaii. Beberapa nyanyian orang
Portugis banyak disenangi oleh orang Indonesia dan orang Indonesia berusaha
memainkannya dengan caranya sendiri.
Pada dasarnya musik keroncong merupakan persenyawaan dari
gelombang budaya musikal Barat dan budaya musikal lokal (dimaksud budaya lokal
adalah budaya daerah dan budaya tradisional) yang diterima dan diadaptasi
sesuai dengan kemampuan inisiatif dan kreativitas local genius. Local genius
yang dimaksud adalah adanya unsur-unsur atau ciri-ciri tradisional yang mampu
bertahan dan kemudian memiliki kmampuan untuk mengakomodasikan unsur-unsur
budaya dari luar serta mengintegrasikan ke dalam budaya asli.
Para pencinta musik keroncong pun sepakat mengatakan bahwa
musik keroncong adalah salah satu bukti budaya bangsa, yaitu bangsa Indonesia.
Keroncong itu muncul di Indonesia dan tidak di dapat di negara lain, juga tidak
di Portugis. Almarhum Andjar Any berpendapat bahwa musik keroncong adalah
genius product masyarakat Indonesia dan ada beberapa hal yang dipertimbangkan mengenai
pendapat ini, yang salah satu pendapatnya adalah di Portugis tidak terdapat
musik keroncong. (berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar